Bapak Seprianus Bernadus Namang Boling – Denpasar, Bali
Rabu, 14 April 2010
Bapak Seprianus Bernadus Namang Boling – Denpasar, Bali
Saya Seprianus Bernadus Namang Boling, tinggal di Denpasar. Menurut medis yang menangani dari tahun 1990, saya menderita sakit Syaraf Lidah da Tumor Getah Bening Orofaring dinding kanan atas tenggorokan. Bulan Juni 1993 saya menjalani operasi di bawah dagu kanan kemudian kembali dioperasi dari dalam lubang tenggorokan di belakang pangkal lidah bagian atas. Sempat masuk RS Prima Medika untuk operasi, tetapi tidak jadi karena tim dokter Anastesy kurang jeli dengan penyakit asma yang saya derita seningga saya kehilangan biaya operasi sekitar Rp 6.000.000,-. Ini membuat kami marah dan memutuskan untuk pulang walau dengan ketidakpastian tentang penyakit saya.
Tanggal 26 Juni 2007 saya periksa ke dokter Cakro Wibowo MPh. yang memutuskan melekukan operasi karena penyakit saya sudah agak membesar bahkan makanpun memerlukan air untuk mendorong makanan yang tidak bisa tertelan. Esoknya saya diberikan surat pengantar ke RS Sanglah, Denpasar. Pertengahan Juni 2007, masih menunggu di daftar dalam catatan operasi dengan alasan memerlukan Tim Dokter yang akurat. Informasinya dokter di Bali menghubungi dokter ahli dari Singapore yang terdiri dari 10 tim dokter. Tanggal 22 Juli 2007, istri dan anak saya kembali menanyakan pada pihak rumah sakit bagaimana prosedur yang harus dijalani sebelum operasi dan apa sebenarnya penyakit yang saya derita ini.
Sebulan memeriksakan ke dokter, didampingi anak perempuan saya, saya merasa ada yang ditutupi. Mungkin anak saya tidak berani memberitahukan apa yang terjadi setelah saya dioperasi. Saat itu saya sudah tidak bisa bicara dengan jelas. Setiap bicara, lawan bicara selalu tidak mengerti apa yang saya katakana. Selanjutnya anak dan istri saya bertemu dengan istri teman sekantor saya, ibu Putu yang bekerja di RS Sanglah. Ibu Putu memberitahukan apa yang terjadi setelah operasi sangatlah fatal. Dari 10 orang yang menderita penyakit ini diprediksi kemungkinannya 20% - 80%, artinya 20% hidup dan 80% mati dengan perlahan. Hari itu juga keluarga memutuskan batal operasi dan memilih pengobatan alternative saja.
Tanggal 30 Juli 2007 saya mendapat telepon dari bapak Daniel Suwek yang akan mengantak saya ke Jl. Jayakarta I/4X, untuk terapi SOQI, pengobatan Multi Energi yang menyembuhan segala penyakit yang dipandu langsung oleh bapak Robert Surbakti (GM Bali). Saya dating ke rumah GM Robert Surbakti bersama istri dan anak untuk konsultasi mengenai penyakit saya. Karena tidak bisa bicara, istri dan anak sayalah yang berbicara.
Dari awal terapi sampai 15 hari berjalan, saya mulai bisa bicara walau kurang jelas. Setelah kurang lebih 4 bulan terapi, saya sudah bisa bicara cukup jelas. Saya sekeluarga mengucapkan syukur kepada Tuhan YME, dengan DOQI oleh GM Robert Surbakti saya dapat merasakan kesembukan dan bisa bicara kembali. Semoga Tuhan memberkati pencipta alat tersebut dan juga GM Robert Surbakti sekeluarga.
Saya Seprianus Bernadus Namang Boling, tinggal di Denpasar. Menurut medis yang menangani dari tahun 1990, saya menderita sakit Syaraf Lidah da Tumor Getah Bening Orofaring dinding kanan atas tenggorokan. Bulan Juni 1993 saya menjalani operasi di bawah dagu kanan kemudian kembali dioperasi dari dalam lubang tenggorokan di belakang pangkal lidah bagian atas. Sempat masuk RS Prima Medika untuk operasi, tetapi tidak jadi karena tim dokter Anastesy kurang jeli dengan penyakit asma yang saya derita seningga saya kehilangan biaya operasi sekitar Rp 6.000.000,-. Ini membuat kami marah dan memutuskan untuk pulang walau dengan ketidakpastian tentang penyakit saya.
Tanggal 26 Juni 2007 saya periksa ke dokter Cakro Wibowo MPh. yang memutuskan melekukan operasi karena penyakit saya sudah agak membesar bahkan makanpun memerlukan air untuk mendorong makanan yang tidak bisa tertelan. Esoknya saya diberikan surat pengantar ke RS Sanglah, Denpasar. Pertengahan Juni 2007, masih menunggu di daftar dalam catatan operasi dengan alasan memerlukan Tim Dokter yang akurat. Informasinya dokter di Bali menghubungi dokter ahli dari Singapore yang terdiri dari 10 tim dokter. Tanggal 22 Juli 2007, istri dan anak saya kembali menanyakan pada pihak rumah sakit bagaimana prosedur yang harus dijalani sebelum operasi dan apa sebenarnya penyakit yang saya derita ini.
Sebulan memeriksakan ke dokter, didampingi anak perempuan saya, saya merasa ada yang ditutupi. Mungkin anak saya tidak berani memberitahukan apa yang terjadi setelah saya dioperasi. Saat itu saya sudah tidak bisa bicara dengan jelas. Setiap bicara, lawan bicara selalu tidak mengerti apa yang saya katakana. Selanjutnya anak dan istri saya bertemu dengan istri teman sekantor saya, ibu Putu yang bekerja di RS Sanglah. Ibu Putu memberitahukan apa yang terjadi setelah operasi sangatlah fatal. Dari 10 orang yang menderita penyakit ini diprediksi kemungkinannya 20% - 80%, artinya 20% hidup dan 80% mati dengan perlahan. Hari itu juga keluarga memutuskan batal operasi dan memilih pengobatan alternative saja.
Tanggal 30 Juli 2007 saya mendapat telepon dari bapak Daniel Suwek yang akan mengantak saya ke Jl. Jayakarta I/4X, untuk terapi SOQI, pengobatan Multi Energi yang menyembuhan segala penyakit yang dipandu langsung oleh bapak Robert Surbakti (GM Bali). Saya dating ke rumah GM Robert Surbakti bersama istri dan anak untuk konsultasi mengenai penyakit saya. Karena tidak bisa bicara, istri dan anak sayalah yang berbicara.
Dari awal terapi sampai 15 hari berjalan, saya mulai bisa bicara walau kurang jelas. Setelah kurang lebih 4 bulan terapi, saya sudah bisa bicara cukup jelas. Saya sekeluarga mengucapkan syukur kepada Tuhan YME, dengan DOQI oleh GM Robert Surbakti saya dapat merasakan kesembukan dan bisa bicara kembali. Semoga Tuhan memberkati pencipta alat tersebut dan juga GM Robert Surbakti sekeluarga.
0 komentar:
Posting Komentar